Sejarah Awal Fotografi
image by Pixabay
Sejarah awal
Fotografi menurut Evin | Global
Tahukah Anda bahwa prinsip dasar fotografi mulai
diamati oleh filsuf Yunani yang terkenal, Aristoteles (384 SM-322
SM). Ia mengamati bahwa bayangan yang menembus sebuah celah kecil ke dinding akan
memunculkan citra terbaliK.
Namun prinsip dasar yang ditemukannya tidak
dikembangkan sampai akhirnya pada abad ke-15, dunia seni lukis memperkenalkan
konsep obscura. Ini merupakan pengembangan dari temuan seorang Mesir bernama Abu
Ali Al-Hasan pada abad ke-11. Alat ini berupa kamar gelap yang diberi lubang di
satu sisinya. Lalu perupa akan membuat lukisan dari citra yang terproyeksi di
atas kertas.
Lalu dari prinsip obscura yang menerapkan asas yang sama dengan
gejala yang pernah diamati Aristoteles, dikembangkan alat yang bisa menangkap
citra cahaya dalam media yang peka cahaya. Media peka cahaya ini mengalami
perkembangan pesat pada abad ke-19 yang dikembangkan oleh banyak ahli kimia,
penemu dan ahli fisika. Sejak itu, fotografi
mengalami perkembangan pula. Sampai akhirnya George Eastman menciptakan kamera
praktis pertama yang diproduksi massal (
Sejak abad ke-20, perkembangan kamera berlanjut semakin pesat,
hingga muncullah generasi kamera yang kini kita kenal dari kamera analog sampai
kamera digital.
Rangkaian kerja fotografi.
Hobiis fotografi tentunya bisa
membedakan rangkaian kerja dalam fotografi.
Walau awam dan pemula sering menyalahtafsirkan, namun predikat fotografer
sesungguhnya lebih tepat disandang oleh mereka yang sudah pernah melalui
seluruh rangkaian kerja dalam fotografi.
Sementara yang hanya menekuni satu bidang kerja seperti memotret saja tentunya
lebih tepat disebut sebagai pemotret (jurufoto).
Rangkaian dalam fotografi
meliputi memotret, memproses film, mengolah citra dan mencetak foto. Maka
seorang fotografer dituntut untuk memahami asas dan prinsip kerja kamera serta
mengoperasikannya, lalu ia juga memahami bagaimana memproses film, mengolah
gambar menjadi lebih sempurna sampai mencetak foto dalam lembaran media
tertentu.
Seluruh rangkaian kerja dalam fotografi ini
tak jauh berbeda dengan rangkaian kerja seorang pelukis yang mempersiapkan
tema, menyiapkan media lukisan, membuat sket, mencampur warna sampai akhirnya
proses pengecatan hingga gambar selesai dibuat.
SEJARAH fotografi MENURUT ARBAIN RAMBEY
FOTOGRAFI secara umum baru dikenal sekitar 150 tahun lalu. Ini kalau
kita membicarakan fotografi yang menyangkut teknologi. Namun, kalau kita
membicarakan masalah gambar dua dimensi yang silkan dari peran cahaya, sejarah
fotografi sangatlah panjang. Dari yang bisa dicatat saja, setidaknya
"fotografi" sudah tercatat sebelum Masehi.
DALAM buku The History of Photography karya Alma Davenport,
terbitan University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad
ke-5 sebelum Masehi, seorang pria bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala.
Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang, maka di bagian dalam
ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat
lubang tadi.
Kemudian, pada abad ke-10 Masehi, seorang Arab bernama Ibn
Al-Haitham menemukan fenomena yang sama pada tenda miliknya yang bolong.
Hanya sebatas itu informasi yang masih bisa kita gali seputar sejarah awal
fotografi karena keterbatasan catatan sejarah. Bisa dimaklumi, di masa lalu
informasi tertulis adalah sesuatu yang amat jarang.
Demikianlah, fotografi lalu tercatat dimulai resmi pada abad ke-19 dan lalu terpacu bersama
kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan teknologi
yang sedang gencar-gencarnya.
Adalah tahun 1839 yang dicanangkan sebagai tahun awal fotografi.
Pada tahun itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah
sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat
mata sudah bisa dibuat permanen.
Penemu fotografi dengan pelat logam, Louis Jacques Mande Daguerre,
sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Tapi, Pemerintah Perancis, dengan
dilandasi berbagai pemikiran politik, berpikir bahwa temuan itu sebaiknya
dibagikan ke seluruh dunia secara cuma-cuma.
Maka, saat itu manual asli Daguerre lalu menyebar ke seluruh dunia
walau diterima dengan setengah hati akibat rumitnya kerja yang harus dilakukan.
Meskipun tahun 1839 secara resmi dicanangkan sebagai tahun awal fotografi,
yaitu fotografi resmi diakui sebagai sebuah teknologi temuan yang baru,
sebenarnya foto-foto telah tercipta beberapa tahun sebelumnya.
Sebenarnya, temuan Daguerre bukanlah murni temuannya sendiri.
Seorang peneliti Perancis lain, Joseph Nicephore Niepce, pada tahun 1826 sudah
menghasilkan sebuah foto yang kemudian dikenal sebagai foto pertama dalam
sejarah manusia. Foto yang berjudul View from Window at Gras itu kini disimpan
di University of Texas di Austin, AS.
Niepce membuat foto dengan melapisi pelat logam dengan sebuah
senyawa buatannya. Pelat logam itu lalu disinari dalam kamera obscura sampai
beberapa jam sampai tercipta imaji.
Metode Niepce ini sulit diterima orang karena lama penyinaran
dengan kamera obscura bisa sampai tiga hari.
Pada tahun 1827, Daguerre mendekati Niepce untuk menyempurnakan
temuan itu. Dua tahun kemudian, Daguerre dan Niepce resmi bekerja sama
mengembangkan temuan yang lalu disebut heliografi. Dalam bahasa Yunani, helios
adalah matahari dan graphos adalah menulis.
Karena Niepce meninggal pada tahun 1833, Daguerre kemudian bekerja
sendiri sampai enam tahun kemudian hasil kerjanya itu diumumkan ke seluruh
dunia.
FOTOGRAFI kemudian berkembang dengan sangat cepat. Tidak semata
heliografi lagi karena cahaya apa pun kemudian bisa dipakai, tidak semata
cahaya matahari.
Penemuan cahaya buatan dalam bentuk lampu kilat pun telah menjadi
sebuah aliran tersendiri dalam fotografi.
Cahaya yang dinamai sinar-X kemudian membuat fotografi menjadi
berguna dalam bidang kedokteran.
Pada tahun 1901, seorang peneliti bernama Conrad Rontgen menemukan
pemanfaatan sinar-X untuk pemotretan tembus pandang. Temuannya ini lalu
mendapat Hadiah Nobel dan peralatan yang dipakai kemudian dinamai peralatan
rontgen.
Cahaya buatan manusia dalam bentuk lampu sorot dan juga lampu
kilat (blits) kemudian juga menggiring fotografi ke beberapa ranah lain. Pada
tahun 1940, Dr Harold Edgerton yang dibantu Gjon Mili menemukan lampu yang bisa
menyala-mati berkali-kali dalam hitungan sepersekian detik.
Lampu yang lalu disebut strobo ini berguna untuk mengamati gerakan
yang cepat. Foto atlet loncat indah yang sedang bersalto, misalnya, bisa difoto
dengan strobo sehingga menghasilkan rangkaian gambar pada sebuah bingkai gambar
saja.
Demikian pula penemuan film inframerah yang membantu berbagai penelitian. Kabut
yang tidak tembus oleh cahaya biasa bisa tembus dengan sinar inframerah. Tidaklah
heran, fotografi inframerah banyak dipakai untuk pemotretan udara ke
daerah-daerah yang banyak tertutup kabut.
KEMAJUAN teknologi memang memacu fotografi secara sangat cepat.
Kalau dulu kamera sebesar mesin jahit hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak
terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto
yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran.
Temuan teknologi makin maju sejalan dengan masuknya fotografi ke
dunia jurnalistik. Karena belum bisa membawa foto ke dalam proses cetak, surat
kabar mula-mula menyalin foto ke dalam gambar tangan. Dan surat kabar pertama
yang memuat gambar sebagai berita adalah The Daily Graphic pada
Kemudian, ditemukanlah proses cetak half tone pada tahun 1880 yang memungkinkan
foto dibawa ke dalam surat kabar.
Foto pertama di surat kabar adalah foto tambang pengeboran minyak
Shantytown yang muncul di surat kabar New York Daily Graphic di Amerika Serikat
tanggal 4 Maret 1880. Foto itu adalah karya Henry J Newton.
Banyak cabang kemajuan fotografi yang terjadi, tetapi banyak yang
mati di tengah jalan. Foto Polaroid yang
ditemukan Edwin Land, umpamanya, pasti sudah tidak dilirik orang lagi karena kini
foto digital juga sudah nyaris langsung jadi.
Juga temuan seperti format film APSS (tahun 1996) yang langsung mati suri
karena teknologi digital langsung masuk menggeser semuanya.
Bagaimana pun, fotografi adalah bagian penting dari kebudayaan
manusia.
Comments
Post a Comment