PENTINGNYA PUNYA GURU MURSYID Oleh KH. عصام الدين معصوم PP. DARUL ULUM KARANGPANDAN

PENTINGNYA PUNYA GURU MURSYID
Dalam kitab Tafrijul Khotir, karya Syekh Abdul Qodir al-Irbily, halaman 34 disebutkan suatu kisah nyata sebagai berikut:
Di Baghdad Iraq ada seorang ulama', seusai sholat Jum'at berangkatlah ia diiringi para santri-santrinya berziarah ke pemakaman, Ini rutin beliau lakukan setiap jum'at
Di tengah perjalanan ia menemukan seekor ular hitam yang sedang melata. Dipukulnya ular itu dengan tongkat sampai mati. Setelah ular dibunuh langsung saja alam sekitar daerah itu diliputi kabut kelam dan menjadi gelap.
Para santrinya tambah terkejut karena gurunya mendadak hilang. Mereka berusaha mencari ditiap-tiap tempat namun tidak ditemukan.
Tiba-tiba gurunya muncul kembali dengan pakaian serba baru. Mereka heran, dan segera menghampiri gurunya sambil menanyakan kejadian yang dialaminya. Kemudian diceritakannya bahwa asal kejadian itu begini:
"Tadi waktu cuaca gelap, aku dibawa oleh Jin menuju sebuah pulau. Lalu aku dibawa menyelam kedasar laut menuju suatu daerah kerajaan jin, dan aku dihadapkan kepada sang raja jin. Pada waktu aku bertemu, ia sedang berdiri di atas singgasana mahligai kerajaannya.
Di hadapannya membujur sesosok mayat di atas panca persada yang sangat indah bentuknya. Kepala mayat itu pecah, darah mengalir dari tubuhnya.
Sejurus kemudian sang raja jin bertanya kepada pengawalnya yang membawa aku:
"Siapa orang yang kau bawa itu?".
Para pengawalnya menjawab: "Inilah orang yang telah membunuh putera tuanku raja".
Lalu raja jin menatap tajam padaku dengan muka marah. Wajahnya merah padam, dengan geramnya raja jin menghardikku:
"Mengapa kamu membunuh anakku yang tidak berdosa? Bukankah kamu lebih tahu tentang dosanya membunuh, padahal kamu katanya seorang ulama' yang mengetahui masalah-masalah hukum ?!",
Dia berkata dengan suara lantang muka berang menakutkan. Segera aku menjawab menolak tuduhan itu:
"Masalah membunuh anakmu, aku tolak, apalagi yang namanya membunuh, bertemu mukapun aku belum pernah."
Raja jin menjawab :"Kamu tidak bisa menolak, ini buktinya, para saksinya juga banyak!".
Lalu dengan tegas tuduhan itu kusanggah: "Tidak, tidak bisa, semuanya bohong, itu fitnah semata!".
Para saksi jin mengusulkan supaya raja memeriksa darah yang melekat diujung tongkatnya. Lalu sang raja bertanya:
"Itu darah apa yang ada ditongkatmu?".
Aku menjawab: "Darah ini bekas cipratan darah ular yang kubunuh".
Raja jin berkata dengan geramnya: "Kamu manusia yang paling bodoh. Ular yang kau bunuh itu adalah anakku!".
Dikala itu, aku bingung tidak bisa menjawab lagi, sehingga aku pusing, bumi dan langit terasa sempit karena sulit mencari jalan pemecahannya.
Raja jin melirik kepada seorang hakim selaku aparatnya seraya berkata: "Manusia ini sudah mengakui kesalahannya, ia telah membunuh anakku, kamu harus segera memutuskan hukumannya yaitu ia harus dibunuh!".
Setelah jatuh keputusan, aku diserahkan kepada seorang algojo. Pada waktu kepalaku akan dipancung, algojo sedang mengayunkan pedangnya kearah leherku, tiba-tiba muncul seorang laki-laki tampan bercahaya sambil berseru:
"Berhenti! Sekali-kali jangan kau bunuh orang ini, ia murid Syekh Abdul Qodir al-Jaylani",
Sambil matanya menatap raja jin dengan sorotan tajam. Lalu ia berkata:
"Coba apa jawabanmu kepada Syekh Abdul Qodir al-Jaylani kalau beliau marah padamu karena membunuh muridnya?".
Raja jin melirik ke arahku sambil berkata: "Karena aku menghormati dan memuliakan Syekh Abdul Qodir al-Jaylani, kesalahanmu yang begitu besar kuampuni, dan kamu bebas dari hukuman. Tetapi sebelum kau pulang, kamu harus jadi imam sholat untuk menyembahyangkan mayat anakku almarhum dan bacakan istighfar mohon diampuni dosanya".
Setelah selesai menyembahyangkan, pada waktu pulang aku diberi hadiah pakaian bagus dan diantarkan ketempat semula ini tadi".
Kisah ini menjadi i'tibar bahwa manfaat karomah dan barokahnya seorang guru mursyid akan menolong hidup sang murid itu. Maka jangan sekali-kali kita melupakan dan meremehkan seorang guru apalagi sampai mencaci maki, akan terputus semua berkah ilmu dan umur yang kita terima dari Allah SWT.
Habib Umar bin Hafidz pernah berkata: "Siapa saja yang mencintai Allah SWT maka dia harus mencintai Rasulullah SAW, siapa saja yang mencintai Rasulullah SAW maka dia harus mencintai gurunya".
MaaSyaa Allah...
Wallohu A'lam...
Semoga Allah SWT berkenan menjadikan kita sebagai murid (pengikut) guru, para ulama shalihin, guru yang mewarisi akhlaq dan ilmu Rasulullah SAW, sehingga kita menjadi insan yang mendapatkan keberkahan dan keselamatan hidup fid dun-ya wal akhirah.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ولِمَشَايِخِنَا وَلِمَنْ عَلَّمَنَا وَارْحَمْهُمْ، وَأَكْرِمْهُمْ بِرِضْوَانِكَ الْعَظِيْمِ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. آمِيْنَ
“Wahai Allah ampunilah kami, kiai-kiai kami dan orang yang telah mengajarkan kami. Sayangilah mereka. Muliakanlah mereka dengan ridha-Mu, Wahai Yang Maha Penyayang di antara para penyayang.” Aamiiin

Comments

Popular Posts